ETHNICTRO

KOMBO
Free improvised music lab

Sebuah platform yang dirancang untuk memfasilitasi dan mengembangkan adegan musik improvisasi di Indonesia serta mencari dan meneliti metode alternatif untuk mendekati eksplorasi sonik dan komposisi dengan tujuan mengedukasi dan menginspirasi masyarakat dalam mengumpulkan bunyi  termasuk juga melatih perspektif masyarakat akan cara mengapresiasinya. Program reguler meliputi sesi improvisasi yang dikuratori, lokakarya, bincang seniman, proyek tinggal, dll.

Inisiatif ini dimulai pada tahun 2014 oleh vokalis Rully Shabara dan Satya Prapanca  dengan musisi lokal diundang untuk memainkan musik spontan bersama dengan setidaknya satu musisi tamu undangan yang kebetulan mengunjungi kota Yogyakarta pada saat itu. Seniman diundang terlepas dari adegan atau genre musik mereka, atau instrumen atau alat apa yang mereka gunakan dalam latihan mereka. Sejak itu Kombo terus berkumpul dalam berbagai situasi dan selanjutnya berpartisipasi dalam beberapa acara pertunjukan lokal, dan menawarkan lokakarya.

KOMBO-19
Ethnictro, 16 Feb 2019
13.00 – 17.00 WIB

WORKSHOP

Electroacoustic By Ignaz Schick
19.00-21.00
Terbuka untuk umum dan gratis.

about

ARTISTS

Aldo Ahmad Fithra, saat ini Aldo sedang menempuh studi penciptaan musik di pascasarjana ISI Surakarta, aktif berkesenian di Total Perkusi, Principal perkusi di Bandung Philharmonic Orchestra, membuat projeknya sendiri yang diberi nama Sipaningkah serta menjadi pelatih perkusi di beberapa marching band di indonesia. Selain aktif sebagai pemain perkusi aldo juga aktif berkarya untuk beberapa format chamber dan instrumen perkusi. Serta pernah mengikuti beberapa kelas dan lokakarya dengan beberapa komposer diantaranya,  Dieter Mack (jerman) Gatot Danar Sulistiyanto (indonesia)  Kanako Abe (jepang) dan Stacy Garrop (USA).

Ayu Saraswati, mulai belajar piano ketika dia berusia 9 tahun. Setelah pindah ke Yogyakarta untuk belajar di perguruan tinggi, ia mengenal komunitas musik lokal kota dan mulai terlibat dengan proyek musik yang beragam. Selama bertahun-tahun, ia juga mengajar piano / keyboard di berbagai sekolah di kota. Dia mendirikan band Talamariam pada 2013, tampil sebagai pemain synth. Pada 2016, ia menciptakan proyek solo bernama Mengayunkayu, yang berfokus pada suara dan piano. Dia saat ini fokus merilis album pertama di bawah proyek solo ini.

Mathias Klarlund, adalah seorang gitaris yang tinggal di Cina, kelahiran Denmark. Selain studinya tentang neurologi dan pelestarian tradisi barat dalam musik, ia juga ikut mendirikan beberapa ansambel yang semuanya bertujuan untuk membawa tradisi-tradisi itu ke arah yang baru dan bekerja sama dengan komposer generasi baru dari seluruh dunia. Ia memperluas repertoar serta teknik untuk gitar klasik dan tergabung dalam duo eksperimental bernama “sæNk”

Andryan Ade, pemain instrument piano dan synthesizer, melakuan ekplorasi terhadap bebunyian ambience dan electronic. Member dari Dissonant, yaitu duo project yang kini sedang menggarap album ke4 dengan materi field record dan eco soundscape. Dan salah satu inisiator dari PFF (PitchOff), melakukan pengarsipan terhadap musisi eksperimental yang sedang berkunjung atau tinggal di Yogyakarta.

Ignaz Schick, bekerja dan tinggal di Berlin di mana ia aktif dalam “Berlin Nouvelle Vague” dan skena “real time music”. Dari pertengahan tahun sembilan puluhan dan seterusnya, minat dan aktivitasnya hampir sepenuhnya bergeser ke live-elektronik dan setelah menguji berbagai instrumentasi (sampel perangkat keras & lunak, pemrosesan sinyal, mikrofon kontak, rekaman lapangan) ia mengembangkan perangkat elektro yang unik dengan pengaturan akustik yang ia sebut “rotating surfaces”. 

WhatsApp chat Kirim Pesan
%d blogger menyukai ini: